Tari Tradisional Pati



1.Tari Puri Sari


Tari Purisari merupakan tari pergaulan yang lahir dari gagasan Bupati Pati Soenardji (tahun 1991-1996) dalam pidato tahun keduanya di GOR Pesantenan Puri Pati. Oleh Soenardji tari Purisari dilegitimasi sebagai tari identitas Kabupaten Pati. Tari Purisari bersumberkan pada tema tari Tayub, yaitu menceritakan ungkapan rasa syukur masyarakat Pati kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas hasil panen yang melimpah. Seiring perkembangan kondisi daerah serta pergantian tampuk pemerintahan, pengembangan tari Purisari mulai surut. Adanya asumsi masyarakat golongan tua serta seniman yang tidak terlibat secara langsung dalam proses garap tari Purisari, sangat mempengaruhi ketidak-eksisan tari Purisari di Kabupaten Pati. Nilai filosofis tari Purisari dapat dijadikan pedoman masyarakat Pati dalam hidup bermasyarakat. Masalah penelitian yang dikaji adalah (1) bagaimana bentuk penyajian tari Purisari di Kabupaten Pati? (2) Makna Filosofis yang terkandung di dalam tari Purisari di Kabupaten Pati. Tujuan penelitian untuk mengetahui, memahami, dan mendeskripsikan bentuk penyajian dan makna filosofis tari Purisari di Kabupaten Pati. Hasil penelitian diharapkan bermanfaat sebagai bahan informasi dan dokumentasi bagi pengembangan penelitian seni pertunjukkan, dan sekaligus sebagai wahana upaya pelestarian tari Purisari. Penelitian mengambil lokasi di Kabupaten Pati dengan pendekatan penelitian kualitatif. Sasaran penelitian adalah bentuk penyajian tari Purisari serta makna filosofis yang terkandung dalam tari Purisari. Pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan sistem siklus, dimana peneliti melakukan proses pengumpulan data sekaligus menyeleksi data yang diperoleh selanjutnya menyederhanakan data yang diperoleh dengan cara mengurangi atau membuang data yang dianggap tidak perlu. Bila terdapat kekurangan data, peneliti dapat kembali ke lapangan menggunakan waktu yang tersisa untuk mengumpulkan data pendukung. Keabsahan data menggunakan triangulasi yang memungkinkan adanya kekurangan dalam informasi pertama sehingga mendapat tambahan pelengkap. Hasil penelitian menunjukan bentuk penyajian tari Purisari meliputi gerak maknawi dan gerak murni; desain lantai yang digunakan berupa garis lurus, garis lengkung, garis zig-zag; iringan menggunakan iringan eksternal dan iringan internal; tata busana penari putra menggunakan beskap, celana komprang, iket, sampur, epek timang dan jarit; tata busana penari putri menggunakan kebaya, jarit selutut, dan sampur; tata rias wajah penari putri menggunakan rias cantik sedangkan penari putra menggunakan rias putra alus; tata rias rambut hanya diterapkan pada penari putri; tempat pertunjukan dapat berupa arena terbuka maupun tertutup. Tema yang digunakan menggambarkan hal baik yaitu rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Makna filosofis yang terkandung dalam tari Purisari di Kabupaten Pati meliputi: (a) gerak tari Purisari mengajarkan tentang etika pergaulan; (b) tema tari Purisari mengajarkan manusia untuk selalu bersyukur; (c) iringan tari Purisari mengajarkan manusia untuk selalu mengakui keberadaan Tuhannya (lelagon Ilir-ilir), menanamkan semangat untuk belajar setinggi langit (Ketawang Sinom), memahami serta menghargai teman bergaul yang berasal dari daerah lain yang mempunyai tata nilai yang berbeda-beda, tidak membedakan satu dengan yang lain, bangga terhadap daerahnya, serta cinta produksi dalam negeri (lelagon Gandhul Pati); (d) tata rias wajah dan rambut mengandung nilai kesederhanaan, keberanian, kerapian, cinta kebaikan serta keanggunan; (e) tata busana mengandung nilai keberanian tetapi tidak sombong, kelincahan dan kejawen dilihat dari segi busana berwarna hitam; (f) pola lantai memiliki makna kekuatan, kebersamaan, kelembutan, keceriaan, dan kesetiaan pada pasangan. Berdasarkan hasil penelitian disarankan (1) kepada orang tua siswa SMA, perlunya menanamkan kepada anak untuk mempelajari tari Purisari; (2) kepala sekolah SMA perlu memasukan tari Purisari ke dalam materi ekstra kurikuler; (3) pemerintah Kabupaten Pati hendaknya menampilkan tari Purisari di daerah lain; (4) pemerintah daerah khususnya Dinas Pendidikan subdin Dikluseporabud Kabupaten Pati perlu adanya usaha untuk memasyarakatkan tari Purisari dengan cara mengadakan lomba tari Purisari setiap tahun; (5) untuk melestarikan kesenian daerah diperlukan kerja sama yang baik dari berbagai pihak termasuk perlu perhatian yang lebih serius dari instansi terkait, yaitu Dinas Pendidikan serta Dinas Pariwisata.
https://www.youtube.com/watch?v=oL9sG_DDvQk

2. Tari Tayub
Tari Tayub
Kesenian Tayub di Pati mungkin sudah tidak asing lagi bagi masyarakat setempat, itu dikarenakan Tayub di Pati ini sudah turun temurun dari zaman dahulu. Pagelaran Tayub di Pati ini masih terbilang stabil, bahkan pada akhir-akhir ini sedang melonjak atau pamornya sedang meningkat. Untuk kelangsungan hidupnya, Tayub di Bumi Mina Tani ini mengandalkan kelangsungan hidupnya dari permintaan-permintaan tanggapan. Masyarakat setempat yang masih menggunakan Pagelaran Tayub ini sebagai pemeriah atau untuk memeriahkan acara-acara keluarga maupun acara-acara tertentu, seperti: acara pernikahan, Khitanan, tasyakuran serta hampir semua masyarakat desa setempat yang sampai sekarang masih mengadakan ritual sedekah bumi atau sedekah laut membuat permintaan terhadap tanggapan kesenian Tayub ini masih tetap berlangsung sampai saat ini. Apalagi pada hari-hari tertentu, seperti hari-hari baik dalam penanggalan jawa, sasi Sura dan Pasa permintaan terhadap Keseniaan Tayub ini menjadi melonjak dan pada waktu tersebut tidak sulit untuk menjumpai pagelaran Tayub di Pati ini.
Dalam pagelaran Tayub, di dalam memeriahkan suatu acara tertentu, para tamu undangan biasanya menjadi lebih meningkat/banyak, itu dikarenakan ikut berperan aktifnya para tamu undangan tersebut dalam pagelaran Tayub tersebut, yaitu sebagai Penari Pria (penayub). Sehingga membuat minat Tamu undangan menjadi lebih tinggi.Di dalam melakukan Pementasannya, Tayub di Pati ini kebanyakan menggunakan Panggung sebagai tempat untuk melakukan pagelarannya, biasanya sisi belakang panggung ditempati Gamelan serta Waranggono dan sisi depannya digunakan untuk pementasannya. Sedangkan untuk waktu Pagelaran Tayub tersebut biasanya dilakukan pada saat siang atau pun malam serta lebih sering siang dan malam tergantung penanggapnya, biasanya pentas siang sekitar pukul 12.30-16.30 sedangkan malam pukul 20.30- 03.0. Biasanya dalam suatu pagelaran Kesenian Tayub, apabila para tamu undangan ingin menjadi
 Penari Pria (Penayub) mereka harus mendaftar terlebih dahulu kepada para orang yang bertugas mencatati daftar Penayub, kemudian menyerahkannya catatannya kepada Pranataacara (Pembawa Acara) yang kemudian Pranata Acara tersebut memanggil Para Penayub yang sudah terdaftar untuk menari diatas Panggung.
Dalam pelaksanannya Tayub di Pati ini, penari wanita (ledhek) ini di kelilingi depan belakang oleh Penari pria (penayub) dalam pementasannya, contohnya : apabila ada 5 orang ledhek dalam pagelaran tersebut, berarti jumlah Penari Prianya (penayub) ada 10, yang berhadapan dengan Ledheknya 5 penayub sedangkan yang dibelakangi Ledheknya 5 penayub.
 Kemudian setiap setengah pagelaran para penari prianya memutari penari wanita melingkar 180 derajat. dan penari wanitanya kemudian berpindah hadapan 180 derajat juga, sehingga penari pria dan wanita yang sebelum memutar tadi berhadap-hadapan dan setelah memutar menjadi berhadap-hadapan kembali.
Tembang serta irama  Tayub di Pati lebih cokekan (musiknya lebih keras) dibandingkan dengan daerah-daerah lain. Tembang-tembang yang dibawakan dalam pementasan Tayub di Pati sekarang ini juga mulai mengikuti permintaan pasar, dalam artian lagu-la
gunya tidak melulu tembang-tembang Jawa dan mulai merambah ke lagu-lagu pop yang sedang populer.
Namun minat para generasi muda terhadap Kesenian Tayub ini semakin menurun, sehingga Kesenian Tayub ini lama-kelamaan dapat termakan zaman. Oleh karena itu re-generasi atau pengenalan generasi muda terhadap kesenian Tayub ini sangat diperlukan agar Kesenian Tayub ini tetap ada. Dalam hal ini peran pemerintah serta masyarakat sangat diperlukan, untuk saling bekerja sama melestarikan kesenian Tayub ini. Sehingga membuat Kesenian Tayub ini tidak akan pernah Mati dan tetap Lestari.
https://www.youtube.com/watch?v=IeXeKYv0Cn0
3.Tari Greget ayu
Tari wiwit
4.Tari Wiwit
Tari yang menggambarkan proses bertani, pemberantasan hama hingga upacara pasca panen dipentaskan pada acara Merti Desa atau Saparan.
https://www.youtube.com/watch?v=bxXByKEfJUY
Share on Google Plus

About KMPP Walisongo

0 komentar: