Petani Pati Keluhkan Turunya Harga Gabah

(Pati, Sukolilo) - Baru beberapa pekan petani menikmati tingginya harga gabah, kini mereka dihadapkan dengan turunnya harga gabah. “Saat ini harga gabah sudah turun menjadi sekitar Rp 3 ribuan per kilogram”, keluh Harto, salah seorang petani pada Bupati Pati usai mendapatkan sosialisasi penggunaan alat tanam transplanter di Acara Pencanangan Gerakan Tanam Padi Serentak Mendukung Upaya Khusus Padi Jagung dan Kedelai (UPSUS PAJALE) Kabupaten Pati, di hamparan sawah Kelompok Tani “Sri Margo Utomo” Desa Wotan Kecamatan Sukolilo.
Suasana di Persawahan
Meski demikian, lanjut Harto, ia dan para petani bersyukur mendapatkan bantuan alat tanam berupa transplanter yang penggunaannya digilir bersama Gabungan Kelompok Tani mereka masing-masing. “Kalau dari sisi produktifitas, Alhamdulillah memang sejak Pemkab memberikan bantuan alat-alat penunjang pertanian, menormalisasi sungai, dan menggalakkan penangkaran pembasmi hama berupa burung hantu, hasil panen kami meningkat disbanding sebelumnya”, imbuh Harto.
Keberadaan transplanter sendiri menurut Harto, amat ditunggu-tunggu petani. Hal itu karena bantuan alat yang nilainya mencapai Rp 70 juta per unit itu dinilai mampu menjawab permasalahan semakin minimnya buruh tani di pedesaan.
Teknologi yang didapat dari bantuan pemerintah ini dianggap mempermudah pekerjaan buruh tanam dan mempercepat masa tanam.
Menurut Didik Eka Haribawa, Kabid Produksi Tanaman Pangan dan Holtikultura, rice transplanter bisa mengefisiensi waktu dan jumlah buruh tanam. Untuk satu hektar sawah, menurutnya, rice tranplanter hanya membutuhkan waktu lima jam dengan dua petani yang bertugas mengoperasikan mesin dan menyiapkan benih. “Ini tentu berbeda dengan cara tradisional yang membutuhkan waktu panjang dengan banyak pekerja”, imbuhnya.
Dalam kesempatan itu Bupati Pati juga berkesempatan mencoba menanam padi dengan memakai transplanter di areal persawahan Kelompok Tani Sri Margo Utomo. “Sebelum nanam, ini tadi kami juga meresmikan tempat karantina burung hantu milik kelompok tani setempat”, tutur Haryanto sambil membersiihkan kakinya yang penuh lumpur sawah.
Lebih lanjut Haryanto juga mengungkapkan bahwa seminggu yang lalu ia sebenarnya sudah akan menyetujui draft Raperda tentang Burung Hantu namun karena sanksi yang tertulis di situ dinilai Bupati masih belum bisa memberikan efek jera maka ia pun meminta adanya revisi dengan pembahasan yang lebih focus pada aspek pemberian sanksi.
Sebagaimana pernah diberitakan beberapa tahun lalu Pemkab Pati berkomitmen untuk mulai menggunakan burung hantu dalam peningkatan produktivitas tanaman padi di Kabupaten Pati. Mulai 2012, Bupati Pati Haryanto mencanangkan program penangkaran burung hantu, dengan biaya dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Burung hantu yang ditangkarkan tersebut digunakan untuk membantu petani mengusir tikus. Ketika itu tercetus ide Pemkab untuk mengeluarkan Peraturan Daerah (Perda) yang isinya melarang perburuan burung termasuk jenis burung hantu. “Ini bukti keseriusan kami, aturan tentang Burung Hantu ini akan terus kami kawal terlebih hasilnya sekarang sudah sangat bisa dirasakan para petani”, terang  Haryanto.
Sementara itu, Mokhtar Efendi, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan (Dispertanak) Kabupaten Pati, saat ditanya tentang istilah UPSUS PAJALE yang menjadi tema kegiatan Dispertanak hari itu, mengatakan bahwa UPSUS PAJALE merupakan Upaya Khusus Peningkatan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai melalui program perbaikan jaringan irigasi dan sarana pendukungnya.
Sasaran UPSUS PAJALE Kab. 
 NO
KOMODITAS
LUAS (Ha)
PROVITAS (Ku/Ha)
PRODUKSI (Ton)
TANAM
PANEN
1.a
Padi Sawah
110.136
107.318
58,96
647.129
1.b
Padi Ladang
2.460
2.397
42,22
10.124
1
PADI
112.564
109.716
58,33
657.250
2
JAGUNG
19.361
19.173
68,06
130.493
3
KEDELAI
3.581
3.474
13,90
3.988
Sasaran UPSUS PAJALE KTabel capaian realisasi tanam padi Kab. Pati sampai dengan minggu ke III bulan Maret 2015
NO
KEC.
LUAS SAWAH (Ha)
RENCANA / SASARAN INDIKATIF PADI (Ha)
REALISASI TANAM (Ha)
PRESENTASE PELAKSANAAN (%)
 
 
 






 
1
 Sukolilo
7.253
12.144
9.591
78,98
 
2
 Kayen
4.937
9.456
6.893
72,90
 
3
 Tambakromo
2.947
6.281
5.201
82,81
 
4
 Winong
4.221
7.931
6.630
83,60
 
5
 Pucakwangi
5.023
9.974
9.882
99.08
 
6
 Jaken
3.595
7.190
7.530
104,73
 
7
 Batangan
2.088
1.976
1.931
97,74
 
8
 Juwana
1.536
3.455
1.691
48,94
 
9
 Jakenan
3.963
8.821
6.853
77,69
 
10
 Pati
2.558
2.935
2.293
78,12
 
11
 Gabus
4.075
7.828
4.796
61,27
 
12
 Margorejo
2.750
2.430
2.338
96,21
 
13
 Gembong
823
819
726
88.64
 
14
 Tlogowungu
1.829
1.708
1.376
80,56
 
15
 Wedarijaksa
2.178
430
450
104.65
 
16
 Trangkil
1.040
811
674
83,11
 
17
 Margoyoso
1.265
1.383
1.197
86.54
 
18
 Gunungwungkal
1.627
1.914
1.581
82,60
 
19
 Cluwak
1.344
1.650
1.490
90,30
 
20
 Tayu
2.184
2.147
1.898
88.40
 
21
 Dukuhseti
2.063
1.696
1.768
104,25
 






 
TOTAL
59.299
92.979
76.789
82,59
 
Share on Google Plus

About KMPP Walisongo

0 komentar: