
Gagasan tentang perayaan ini pertama kali dikemukakan pada saat memasuki abad ke-20 di tengah-tengah gelombang industrialisasi dan ekspansi ekonomi yang menyebabkan timbulnya protes-protes mengenai kondisi kerja. Kaum perempuan dari pabrik pakaian dan tekstil mengadakan protes pada 8 Maret 1857 di New York City. Para buruh garmen memprotes apa yang mereka rasakan sebagai kondisi kerja yang sangat buruk dan tingkat gaji yang rendah. Para pengunjuk rasa diserang dan dibubarkan oleh polisi. Kaum perempuan ini membentuk serikat buruh mereka pada bulan yang sama dua tahun kemudian.
Di Barat, Hari Perempuan Internasional dirayakan pada tahun sekitar tahun 1910-an dan 1920-an, tetapi kemudian menghilang. Perayaan ini dihidupkan kembali dengan bangkitnya feminisme pada tahun 1960-an. Pada tahun 1975, PBB mulai mensponsori Hari Perempuan Internasional.
Peringati Hari Perempuan Internasional, 3.200 Kain Perca Dirangkai
Mengangkat tema Make It Happen pada peringatan 2015 ini . Bandung, Memperingati hari Perempuan Internasional pada 8 Maret, pegiat anti korupsi yang tergabung dalam Perempuan Indonesia Anti Korupsi Bandung mengumpulkan 3.200 kain percaya sebagai bentuk dukungan terhadap pemberantaan korupsi di Tanah Air.
Kain-kain perca itu memuat simbol tangan sebagai sikap tegas perempuan atas perbuatan tak terpuji tersebut sekaligus ingin melindungi keluarganya dari perbuatan korupsi. Karena itu, kain-kain itu akan dijahit menjadi satu guna menegaskan tekad mereka melakukan perubahan.
“Kenapa fokus kepada keluarga, karena kejahatan korupsi sudah masuk ke ranah keluarga. Ini merupakan alert atas bencana besar, sehingga perempuan harus mulai berjaga-jaga,” kata penggiat PIAK Bandung, Sely Martini di Bandung, Sabtu (7/3).
Sely pun mencontohkan sejumlah peristiwa yang terkait dengan tindak korupsi dan melibatkan keluarga seperti kasus Bupati Karawang, kasus korupsi proyek pengadaan Al-Quran, dan Kasus Gubernur Banten.
Ribuan kain berca yang dikumpulkan berasal dari beragam profesi. Mereka mempunyai kepedulian yang sama akan perlunya Indonesia bersih. “Gerakan ini memang berbeda karena kami perempuan yang mengayomi dan melindungi mengedepankan perlawanan yang damai hening tanpa harus berteriak-teriak,” jelasnya.
Pati Memperingati Hari Perempuan Internasional

0 komentar:
Post a Comment