Sejarah Perempatan Mbleber Dan Jembatan Njiglong Pati

Bleber dan Jiglong adalah tempat bersejarah di Pati.Asal-usulnya berasal dari tokoh terkenal
Baron Sekeber yang berasal dari Belanda..Baron Sekeber berangkat ke tanah jawa yang memakan waktu lama hingga dia sampai di bumi Mataram yang sekarang dikenal dengan nama Yogyakarta.Awalnya kehadiran Baron Sekeber menimbulkan keheranan masyarakat karena kulitnya putih,matanya biru dan rambutnya pirang.Lama-kelamaan keberadaan Baron Sekeber dilaporkannya pada raja Mataram yang
memerintahkan penangkapannya.Untungnya dia lolos dan mengembara ke Jepara untuk mendekati
orang-orang Eropa yang terlebih dahulu mendarat di sana.Karena banyak orang yang mencurigainya
diapun memutuskan untuk bersembunyi.Akhirnya dia membayar nelayan untuk mengantarnya ke
sebuah gua besar di gunung Pati ayam di kawasan Pulau Muria.Beberapa saat kemudian adipati
Jayakusuma juga pergi ke gunung Patiayam untuk bertapa.Sesampainya di gunung Patiayam beliau
kaget karena melihat pemuda asing berada di gua itu.Sebaliknya Baron tenang dan santun
menghadapinya.Dia menjelaskan asal-usulnya dan harapannya di tanah Jawa.Keterusterangannya
membuat Jayakusuma gelisah dan merasa terancam.Dia berpikir Baron Sekeber harus dibunuh supaya
tidak menjadi sumber perkara kelak di kemudian hari.Setelah bercakap-cakap secara rukun , merekapun berebut tempat.Karena merasa datang lebih dulu Baron tidak mau pergi sedangkan Jayakusuma merasa memiliki wilayah itu.Merekapun beradu kesaktian sehingga terjadilah gempa bumi dan hujan badai yang memakan banyak korban.Akhirnya mereka berdamai dengan ketentuan Baron Sekeber boleh berada di wilayah kadipaten Pati selama-lamanya dua tahun hanya untuk bertapa dan dilarang mengganggu ketentraman siapapun.Sejak itu mereka menjalani kehidupan masing-masing di gua Patiayam.Jayakusuma tinggal di lorong
besar yang ujungnya menembut laut jawa, sementara Barron Sekeber tinggal di bagian yang ujungnya menembus hutan belukar di daratan tanah Jawa.Bagian itu menguntungkan Baron Sekeber.Pada waktu
siang baron bersemedi, sepanjang malam dia berkelana kemana-mana hingga dengan cepat dia mengenal seluk-beluk pesisir utara Jawa.Dengan diam-diam dia juga menjalin cinta dengan rara Suli = kembang cantik di desa Kemiri.Tak lama kemudian terdenganr gosip kehamilan rara Suli yang mengaku menjalin cinta dengan jin.Gosip itu menggemparkan daerah itu setelah rara Suli melahirkan sepasang bayi kembar bermata biru dan
berambut pirang.Rara Suli dihadapkan ke istana supaya mengakui siapa suaminya tapi dia tetap bertahan.akhirnya Rara Suli dijadikan selir dan bayi kembarnya diangkat anak oleh adipati dan dinamai
Sirwenda dan Danurwenda.Bayi kembar tersebut tumbuh dengan pesat. Ketika adipati mengetahui keberadaan Baron Sekeber dan menantangnya beradu kesaktian menyelam di laut Jawa.kalau Baron menang dia boleh tinggal di wilayah Pati selama-lamanya tapi kalau kalah dia harus mengabdi di istana kadipaten.karena Baron kalah dalam tantangan itu, dia menjadi juru taman istana dan bertugas mengurus kuda kesayangan adipati Jayakusuma.Tugas itu menyenangkan karena dia bisa berdekatan dengan rara Suli dan si kembar.Suatu ketika Baron tertangkap basah sedang bercanda dengan rara Suli dan si kembar.Adipati jayakusuma meledak amarahnya dan dia menikam baron Sekeber dengan keris rambut pinutung yang menewaskan Baron Sekeber.Rara Suli dan si kembar terkejut dan dia merampas keris dari tangan adipati menusukkan ke dadanya sehingga dia tewas menyusul baron sekeber.melihat peristiwa mengenaskan itu si kembar spontan meloncat keluar dan berlari.mereka dikejar.Sirwenda terhalang pagar .dia meloncati pagar
tersebut tapi dia jatuh terjungkal dan tewas di seberang tembok.tempat itu disebut MBLEBER yang
berarti meloncat tinggi dengan cekatan.Sedangkan Danurwenda tewas terperosok ke sungai saat melewati sungai.tempat itu disebut NJIGLONGatau  terperosok.konon saat pemakaman jenazah-jenazah tersebut terdengar bisikan lembut di telinga adipati jayakusuma.’wahai adpati,kelak akan datang pembalasanku pada saat bermunculan orang-orang berkulit putih di tanah jawa.




Share on Google Plus

About KMPP Walisongo

0 komentar: